Palestina-Israel Dalam Pusaran Konflik Abadi

Ditulis oleh: Chusnul Khotimah

Problematika Palestina-Israel masih terus berlangsung dan belum menemukan titik temu. Baru-baru ini konflik kembali meletus di antara dua pihak. Ribuan nyawa melayang dalam hitungan hari. Bahkan hingga hari ini, serangan yang dilayangkan oleh pihak Israel masih terus memborbardir Palestina.

Aksi dukungan bagi Palestina telah banyak digelar di berbagai belahan dunia. Massa terdiri dari berbagai kalangan, etnis, ras, bahkan agama, mereka berdiri atas nama kemanusiaan dan sepakat berteriak menjunjung kemerdekaan Palestina. 

Tidak terpenuhinya identitas dan hak-hak Palestina sebagai negara akan terus mengundang Perang banyak orang. Penjajahan yang dilakukan Israel pada Palestina seolah terus dianggap tidak apa-apa. Lantas, kapan krisis kemanusiaan ini akan usai?

“Hamas atau Israel, Siapa yang “Teroris” Disini?”

Pada tanggal 7 Oktober 2023, aksi serangan yang dilakukan Milisi Hamas kepada Israel cukup mengejutkan dunia. Serangan Hamas yang dianggap sebagai bentuk perlawanan seakan memberi harapan bagi banyak orang akan kemerdekaan Palestina, namun anggapan ini seolah ditepis langsung oleh Presiden Palestina Mohammad Abbas. Dilansir dari Al Jazeera pada tanggal 15 Oktober 2023, Mohammad Abbas tegas mengatakan bahwa Hamas bukanlah representasi dari Palestina.

Atas serangan ini, Israel tidak tinggal diam dan kembali gesit meluncurkan serangan. Yang sebagaimana diberitakan oleh berbagai media, bahwa Israel juga menutup penuh akses listrik, air, bahkan bantuan kemanusiaan untuk Palestina. Aksi balas dendam yang dilakukan Israel jelas mendapat dukungan penuh dari Amerika Serikat, Inggris, dan negara lainnya.

Hal ini tentu menimbulkan beragam komentar dari berbagai sudut. Di satu sisi ada yang menyalahkan aksi Hamas dan mengganggapnya sebagai bentuk terorisme. Di satu sisi ada yang mendukung aksi Hamas dengan alasan itu adalah bentuk perlawanan kepada penjajah. Dan ada juga yang bersikap acuh tak acuh menilai bahwa ini hanyalah konspirasi semata.

Dalam laman The Conversation: “How we define and use the word terrorism in the Israel-Hamas war matters a lot”, Emilie El Khoury seorang postdoctoral fellow dalam kajian Antropologi menulis bahwa penyematan predikat “teroris” harus seperti seorang dokter dalam mendiagnosis pasiennya. Emosi harus dikesampingkan, meskipun kita merasakannya, dan kita harus bertindak berdasarkan fakta untuk menemukan solusi paling efektif guna mewujudkan perdamaian. 

Terlepas dari pelabelan “teroris” di antara dua kubu, penting bagi kita melihat dan mengingat betul sebab awal dari konflik ini terjadi. Sejarah dengan tegas menggambarkan bagaimana peliknya kehidupan penduduk Gaza dalam kurungan penjara yang katanya The World’s Largest Open-Air Prison. Kebengisan ekspansi yang dilakukan Israel di tanah Palestina dalam puluhan tahun, apakah ini hal yang wajar dan akan terus dibiarkan? Dengan segala solusi perdamaian yang ditawarkan, benarkah keadilan berpihak kepada keduanya atau justru timpang sebagian?

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *