Keharusan Untuk Mengutuk Kebutaan Selama 75 Tahun Lamanya

Oleh: Muhammad Ridwan

Konflik Palestina-Israel beberapa pekan yang lalu Kembali memanas dan menjadi sorotan dunia, hal ini dipicu oleh serangan HAMAS yang menimbulkan korban jiwa bagi Israel, namun yang menarik disini adalah respon beberapa negara terhadap serangan ini: Sebagian mereka ada yang mengutuk serta mengatakan HAMAS adalah terrorist dan penjajah, namun ada juga yang mengatakan bahwa serangan tersebut merupakan bentuk perlawanan dari represivitas Israel terhadap Palestina selama ini.

Penjara Terbuka Terbesar dibumi

Pasca tragedi pengeboman dari Jalur Gaza , israel mengeluarkan statement yang jauh dari kata negara berkedaulatan yaitu blokade penuh yang melarang penyaluran dan masuknya makanan, air, listrik dan bahan bakar, namun Gaza disebut penjara terbuka terbesar dimuka bumi bukan hanya karna faktor ini, tentunya masih banyak hal hal yang terlampau jauh dari kata beradab yang dialami Palestina selama ini terkhususnya gaza seperti: 80% penduduknya bergantung pada bantuan international, 1,7 juta dari 2 juta penduduknya berstatus pengungsi dan rumah sakit sering kekurangan obat.

Mendengarnya saja cukup membuat keringat dingin kita bercucuran, apalagi merasakan apa yang dirasakan setiap hari oleh saudara-saudara kita sesama manusia disana, tak pernah terlintas dibenak kita sekalipun Ketika kita memejamkan mata untuk istirahat kemudian dibangunkan oleh ledakan-ledakan roket, jangankan mendapatkan Pendidikan yang wajar, bisa bernafas dikeesokan hari pun sudah merupakan anugerah yang sangat indah disana.

Yang satu satunya mereka inginkan adalah menikmati matahari dibawah naungan rumah mereka sendiri dan mendapatkan hak-hak sebagai seorang manusia. Bukankah ini adalah keinginan yang sangat wajar dari seorang manusia?.

Ketulian dan Kebutaan Dunia Terhadap Palestina

Dilansir dari wawancara Duta Besar Kepala Misi Palestina untuk Inggris HUSSAM ZOMLOT[1]  “Israel diharapkan melakukan satu hal saja (yaitu) menghentikan pendudukannya, menghentikan perluasan permukiman kolonialnya. Tidak suatu hari pun hal ini terjadi, sehingga mematikan prospek solusi dua negara. Dan dunia diharapkan melakukan satu hal (yaitu) menegakkan hukum internasional secara setara terhadap semua orang, terhadap Ukraina, dan terhadap Palestina. Dan dunia gagal melakukan hal itu. Tidak ada akuntabilitas.”

Tentu salah satu faktor besar nya adalah kebutaan dunia terhadap hal memilukan ini, apa yang di rasakan Israel beberapa pekan lalu adalah apa yang Masyarakat Palestina rasakan setiap menit dan detiknya, seperti yang di gambarkan Hussam Zamlot dalam wawancaranya “Dan saat kita berbicara, korban jiwa, Anda sudah menghitung 70 orang Israel, ada lebih dari 200 orang Palestina yang tewas sejauh ini, lebih dari 1.600 seluruh kompleks perumahan musnah. Ini adalah kejahatan perang yang dilakukan Israel. Yang lebih tragis, atau sama tragisnya, adalah kebutaan dan penyakit”.

Hal yang sangat miris ini membuat masyarakat Palestina setiap harinya menjadi sasaran dibunuh, ditangkap, dikepung, tanah tanah mereka dijarah, tempat-tempat suci mereka dinodai bahkan diludahi. Tidak hanya umat Islam, tapi juga umat Kristen. Bukan hanya represivitas yang menyelimuti mereka namun keputus asaan pun juga dirasakan. Bagaimana tidak, harapan-harapan mereka akan solusi politik, makin hari makin memudar, seperti pemblokiran jalur hukum melalui The International Court Of Justice.

Yang di teriakan selama 75 tahun

Tentunya sebuah keharusan dan sebuah kewajiban bagi seluruh bangsa untuk tidak meremehkan teriakan ingin hidup bebas dan damai, terlepas dari perbudakan dan penahanan. Namun apa yang terjadi? Bukannya mendinginkan suasana, Amerika dan Inggris semakin memperkeruh keadaan, seperti kebijakan Lloyd Austin (Menteri pertahanan Amerika) yang mendukung penuh Tindakan ketidak manusiaan Israel terhadap Palestina. Dilansir dari web APNEWS.COM, Austin[2] menyatakan “Ditanya tentang kemungkinan jatuhnya korban sipil di Gaza, Austin mengatakan Israel berhak membela diri. Dia mengatakan dia menghormati pasukan Israel karena dia telah bekerja dengan mereka selama bertahun-tahun ketika dia berada di militer. Mereka profesional, disiplin, dan fokus pada hal yang benar,”.

Seharusnya sebagai negara terpandang Amerika dan Inggris melakukan mediasi dan menjadi penengah atas konflik ini, 75 tahun bukan waktu yang singkat untuk merasakan penderitaan, dan bukan waktu yang singkat untuk meneriakkan satu suara. dan sudah sepatutnya bagi Israel untuk menghentikan pendudukannya atas tanah palestina.

Apa yang seharusnya kita lakukan sebagai manusia dan warga negara yang baik?, yaitu menyuarakan apa yang di teriaki selama 75 tahun oleh masyarakat Palestina, agar dunia yang tuli dan buta ini bisa mendengar dan melihat kepedihan yang di rasakan saudara sesama manusia kita, yaitu Palestina. Tulisan ini harus tersebar walupun sekiranya penulis harus menuliskannya dengan deraian air mata dan bertintakan darah demi menyuarakan keadilan bagi saudara saudara kita sesama manusia di palestina.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *