Uniknya Gaya Nikah Emirati

Uniknya Gaya Nikah Emirati

Saat salah seorang teman mendengar bahwa proses pembelajaran di Indonesia dilangsungkan pada laki-laki dan perempuan di dalam satu kelas, ia terkaget. Meski bersekolah menjadi hal yang lumrah, mayoritas sekolah di Emirat secara khusus dan daerah Teluk secara umum memisah kelas antara laki-laki dan perempuan.

Waktu itu, informasi tersebut bukan hal baru bagi saya, mengingat pesantren di Indonesia juga demikian. Saya tidak menyangka bahwa ternyata budaya pemisahan antara lelaki dan perempuan sangat dijunjung tinggi di negara ini bahkan dalam perayaan acara pernikahan. Hampir semua acara pernikahan Emirati dilakukan secara terpisah antara laki-laki dan perempuan. Tulisan saya kali ini akan membahas budaya khas tersebut.

Budaya pernikahan Emirati (orang asli Emirat) itu unik. Acara pernikahan di Emirat sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai Islam dan budaya lokal, meski tidak bisa dimungkiri sebagaimana budaya lainnya, gaya masyarakat modern juga sesekali mewarnai perayaan tersebut.

Pada umumnya, proses pernikahan dimulai dengan lamaran. Masa ini adalah masa di mana keluarga mempelai saling mengenal secara intensif satu sama lain. Sebab, di dalam budaya Arab, pernikahan bukan hanya ikatan suci antara dua individu, namun juga pertalian seluruh keluarga. Oleh karena itu, sang mempelai wanita akan berkenalan secara intensif dengan anggota perempuan dari mempelai laki-laki dan begitu sebaliknya. Bila kedua mempelai setuju maka akan diadakan prosesi yang disebut melcha, yaitu acara yang dilaksanakan dalam bentuk makan malam dan berfokus kepada anggota laki-laki yang bersangkutan, khususnya wali mempelai wanita dan mempelai pria. Dalam acara ini akan dilakukan aqd atau biasa dikenal dengan akad di Indonesia. Akad ini akan diresmikan oleh tokoh agama atau kadi setempat.

Di dalam budaya Arab, walaupun kedua mempelai sudah berakad di depan saksi dan sah secara syarak, keduanya belum boleh hidup serumah. Untuk itu, mereka mesti menggelar resepsi atau dikenal dengan arus.

Penentuan tanggal resepsi atau arus dilakukansetelah berakad. Biasanya, jarak antara malcha dan arus sekitar 40 hari – 3 bulan, tergantung kesepakatan. Perihal mahar juga fleksibel menyesuaikan kondisi masing-masing keluarga. Biasanya, besaran mahar berkisar pada angka Dhs. 5000 – Dhs. 20.000 (Rp.19 juta – Rp.85 juta). Secara hukum, nominal mahar tidak boleh melebihi Dhs. 20.000. Mempelai pria bahkan diperbolehkan memberi mahar senilai Dhs. 1 (Rp.4000).

Selain mahar, keluarga mempelai pria juga akan memberikan hadiah kepada mempelai wanita yang disebut zahbah. Itu merupakan sepaket bingkisan yang meliputi baju-baju, perhiasan, dan segala pernak-pernik perempuan. Biaya yang dihabiskan untuk zahbah ini lebih besar dari biaya mahar dan bergantung kepada status sosial dan kondisi finansial keluarga. Seluruh biaya pernikahan juga akan ditanggung oleh keluarga mempelai pria. Sementara itu, keluarga mempelai wanita mengatur dan mengorganisir resepsi pernikahan.

Sekitar tiga hari sebelum acara resepsi adalah acara khusus bagi kalangan wanita di mana sang mempelai wanita akan mengadakan pesta dan mengundang saudara-saudara (perempuan) dan teman-teman perempuannya. Pesta ini dikenal sebagai laylat al-henna atau Malam Henna. Sebab, pada malam ini mempelai wanita akan dipakaikan henna, sementara para tamunya menikmati perayaan.

(Henna)

Yang paling menarik dari itu semua adalah resepsi yang merupakan puncak dari pelaksanaan pernikahan ini. Dalam resepsi, seluruh anggota keluarga dan teman dari kedua belah pihak akan diundang dalam acara besar. Tamu berkisar antara 700 hingga ribuan dan dilakukan di ruangan yang terpisah antara laki-laki dan perempuan.

Hal ini dikarenakan pernikahan dianggap sebagai momen yang istimewa bukan hanya bagi kedua mempelai, namun juga para tamu, khususnya perempuan. Di ruang acara resepsi perempuan, pesta berjalan dengan meriah dilengkapi dengan hiasan yang indah dan gemerlap. Kostum-kostum yang digunakan oleh para tamu juga tak kalah indahnya. Berbagai brand ternama dan berwarna-warni akan ditemukan di acara resepsi. Itulah sebabnya dilarang dilakukan pemotretan di ruang resepsi mempelai wanita.

Terkadang di beberapa acara pernikahan Emirat, mempelai laki-laki beserta tamunya juga akan memasuki ruangan tersebut namun sebelum mereka diizinkan untuk masuk akan ada pengumuman dan kesempatan khusus bagi perempuan berhijab untuk menggunakan abaya dan shayla (kerudung yang digunakan oleh perempuan Emirat) mereka di atas gaun pesta.

(Abaya dan Shayla)

Kuliner yang disajikan, dekorasi ruangan acara, serta hiburan juga sering kali disesuaikan dengan budaya Emirat dan sesekali bernuansa modern.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *