PPIDK Timtengka Gelar Webinar Tokoh Bangsa, Buya Husein: Gus Dur Sosok yang Dicintai Antar Umat Agama

PPIDK Timtengka Gelar Webinar Tokoh Bangsa, Buya Husein: Gus Dur Sosok yang Dicintai Antar Umat Agama

Dalam rangka memperingati 13 tahun wafatnya K.H. Abdurrahman Wahid atau akrab dipanggil Gus Dur, Perhimpunan Pelajar Indonesia Dunia (PPID) Kawasan Timur Tengah dan Afrika menyelenggarakan webinar Tokoh Bangsa bertajuk “Gus Dur: Humanisme dan Pluralisme.”

Webinar ini diselenggarakan oleh Pusat Kajian dan Aksi Strategis PPIDK Timtengka pada Sabtu (7/01) menggunakan media Zoom Meeting. K.H. Husein Muhammad dan Dr. Ahmad Suaedy M.A. menjadi pemateri pada webinar yang dimulai pukul 20.00 WIB tersebut.

K.H Husein Muhammad dalam pemaparannya membuka dengan mengenang dan bercerita tentang kepergian sosok yang banyak dicintai oleh antar umat agama. Karena bagi beliau, Gus Dur adalah manifestasi dari nilai ajaran agama itu sendiri sehingga Gus Dur banyak dicintai oleh semua kalangan.

“Sejarah panjang umat manusia tidak ada yang kepulangannya diantar dan didoakan oleh berbagai keyakinan umat Bergama,” kenang sosok yang akrab dipanggil Buya Husein.

Akar dari pemikiran Gus Dur adalah sufisme, yang mana sufisme menggerakkan perilaku untuk saling mengasihi dan menyayangi. Oleh karena itu, sufisme lekat sekali dengan sosok Gus Dur.

Kemudian Buya Husein menjelaskan mengenai akar konflik di antara manusia ada tujuh sebab; Perebutan kekuasaan politik, Ketakutan terhadap sesuatu hal yang baru, ketidakmengertian kepemilikan orang lain atau ketamakan, kebodohan, keyakinan para penguasa tidak kokoh, paham materialis dan pragmatis menyebar luas, dan terakhir adalah egoisme dan arogansi.

Di akhir pemaparan, Buya Husein mengutip perkataan dari Jalaluddin Ar Rumi, “Kita semua diciptakan atas kehendak Tuhan dan kita diciptakan dengan tidak sama, tidak ada yang diciptakan sama”.

Selain Buya Husein, webinar tersebut juga menghadirkan Dr. Ahmad Suaedy sebagai pemateri kedua. Jika Buya Husein mengenalkan pemikiran Gus Dur dengan pendekatan Filosofis, Dr. Ahmad Suaedy mengenalkan Gus Dur dengan pendekatan yang empiris-historis.

Menurut Dr. Ahmad Suaedy, Gus Dur telah mendobrak kejumudan kontekstualisasi dan eklektisasi terhadap berbagai sumber dan referensi yang ada di dunia ini. Karena dalam karya Gus Dur, referensi di dalamnya dapat menyatukan teks atau referensi dari tokoh intelektual dari Barat maupun Timur. Harapan Dr. Ahmad Suaedy, kita dapat memanfaatkan fondasi dari referensi yang telah Gus Dur rintis.

Dr. Ahmad Suaedy juga menjelaskan mengenai sejarah Pluralisme dan Humanisme. Dalam bacaannya, Humanisme perlu direkontekstualisasi, karena konsep humanisme lahir dari munculnya ketidakadilan liberalisme dan neo liberalism.

Pluralisime saat ini dalam fase rekontekstualisasi dan rekonseptualisasi karena awalnya di bentuk oleh golongan kulit putih untuk menyatukan antar golongan kulit putih dan kulit hitam dari umat kristiani. Akan tetapi sekarang banyak kaum imigran yang berdatangan dan berbagai golongan yang bermacam-macam sehingga perlu adanya rekonseptualisasi itu.

2 Comments

  1. Thank you for sharing your info. I really appreciate your efforts and I will be waiting for
    your further write ups thanks once again.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *