Hari Quds; Jangan Biarkan Palestina Sendirian!

(Ketetangan: Foto by Istimewa)

Melalui pidato bersejarah yang disampaikan pada 7 Agustus 1979 (bertepatan dengan 13 Ramadan 1399 H), Imam Khomeini menyeru umat Islam di seluruh dunia untuk menjadikan setiap hari Jumat terakhir Ramadan sebagai Hari Quds Internasional. Menurut Imam Khomeini, umat Islam harus memiliki hari khusus untuk menunjukkan solidaritas internasional umat Islam secara serentak dalam mendukung hak-hak legal bangsa Palestina. Dipilihnya hari Jumat terakhir Ramadan bukan tanpa alasan. Bulan Ramadan adalah bulan terbaik bagi umat Islam di antara 11 bulan lainnya. Hari-hari terbaik Ramadan jatuh pada 10 hari terakhir dan yang terbaik dari 10 hari itu adalah hari Jumat. Imam Khomeini menginginkan di hari terbaik tersebut umat Islam tidak lupa dengan nasib bangsa Palestina yang masih terjajah. Menurut Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran itu, persatuan umat Islam harus terus digalakkan untuk menjalankan proyek pembebasan dan kemerdekaan sepenuhnya Quds sebagai kiblat pertama umat Islam. 

Seruan Imam Khomeini tersebut langsung disambut Yasser Arafat, ketua Organisasi Pembebasan Palestina (PLO). Ia memobilisasi massa untuk memperingati Hari Quds Sedunia yang bakal digelar di jantung kawasan Palestina. Tidak banyak yang tahu, Yasser Arafat memang memiliki kedekatan personal dengan Imam Khomeini. Pendiri milisi Fatah itu adalah pejabat politik asing pertama yang menjadi tamu resmi kenegaraan Republik Islam Iran. Hanya berselang enam hari dari pernyataan kemenangan revolusi Islam Iran pada 17 Februari 1979, Yasser Arafat segera berkunjung ke Iran dan mengucapkan selamat kepada Imam Khomeini meski situasi saat itu belum sepenuhnya kondusif. Selama di Iran, ia menyampaikan orasi-orasi dukungan untuk Iran yang disambut dengan gempita oleh masyarakat Iran. Imam Khomeini juga menyatakan bahwa kemerdekaan Palestina adalah bagian dari agenda revolusi. “Tanpa kemerdekaan Palestina, kemenangan revolusi Islam Iran tidak ada artinya,” begitu ungkapnya.

Di hari kunjungannya tersebut, Menteri Luar Negeri sementera Republik Islam Iran, Dr. Ibrahim Yazdi menyerahkan kunci bekas kantor kedutaan Israel di Tehran kepada Yasser Arafat yang kemudian menjadi kantor kedutaan besar Palestina di Iran. Langkah Iran menutup kedutaan besar rezim Zionis dan mengganti dengan kedutaan besar Palestina menunjukkan bahwa negara ini memainkan peran kunci dalam merongrong kehadiran Israel di kawasan Timur Tengah. Sejak membuka kantor kedutaan Palestina di Tehran, yang menjadi kantor kedutaan Palestina pertama di dunia, konflik antara Iran dengan negara-negara Barat dimulai.

Dukungan Iran untuk kemerdekaan Palestina bukan hanya isapan jempol atau simbolis belaka. Mendukung rakyat Palestina adalah posisi tegas Imam Khomeini, bahkan sebelum pecahnya revolusi Iran. Pemerintahan Iran juga menerbitkan fatwa dan perintah untuk mendukung dan menyediakan fasilitas dan prasarana bagi kelompok-kelompok Palestina secara berturut-turut. Imam Khomeini bahkan melembagakan perlindungan Palestina sebagai bagian dari konstitusi Republik Islam Iran.

Sejak kemenangan revolusi, Republik Islam Iran telah menghabiskan semua yang dimilikinya untuk mendukung Palestina. Tidak hanya dukungan politik, Iran juga mengirim bantuan dana dan pelatihan militer untuk kelompok bersenjata Palestina. Iran diembargo secara ekonomi dan dikucilkan secara politik selama puluhan tahun karena kengototannya mendukung Palestina. Yang terbaru, Iran harus kehilangan perwira militer terbaiknya, Panglima Brigade Quds, Jenderal Qassem Soleimani yang dibunuh secara pengecut oleh Amerika Serikat. Di era Donald Trump, Iran menderita secara ekonomi, karena Amerika Serikat semakin memperketat embargonya.

Gerakan intifadah rakyat Palestina juga terinspirasi dari gerakan revolusi Islam Iran. Rakyat Palestina melakukan perlawanan dengan lontaran batu, bom molotov dan membakar ban untuk melumpuhkan kota sebagaimana yang terjadi di Iran.

Banyak hal yang telah dilakukan Iran pasca kemenangan revolusi dalam mendukung kemerdekaan Palestina. Termasuk di antaranya melalui penetapan hari Jumat terakhir Ramadan sebagai Hari Quds Sedunia. Peringatan ini digelar pertama kali di saat Republik Islam Iran baru berusia setengah tahun. Melalui mobilisasi massa dengan melancarkan aksi demonstrasi di seluruh wilayah Iran, Masyarakat Iran menuntut agar penjajahan atas bangsa Palestina segera dihapuskan. Bahkan di tahun berikutnya, ketika Iran harus menghadapi invasi militer yang dilancarkan Irak, peringatan Hari Quds Sedunia tetap digelar.  Iran tetap konsisten meneriakkan pembebasan Quds dalam kondisi tersulit sekalipun.

Saat ini, peringatan Hari Quds Sedunia telah digelar di banyak negara, termasuk Indonesia dengan melibatkan jutaan orang. Seminar-seminar seputar Quds juga digelar di sejumlah negara yang menetapkan larangan demonstrasi dalam peringatan Hari Quds Sedunia. Adapun di beberapa negara yang melarang demonstrasi pada hari Jumat tetap menjalankan aksi di hari lain. Pada perkembangannya, Hari Quds Sedunia tidak lagi terbatas untuk mendukung perjuangan kemerdekaan bangsa Palestina, tetapi telah menjadi hari persatuan kaum muslimin dalam menghadapi musuh bersama.

Pemimpin tertinggi Iran saat ini, Ayatullah Sayid Ali Khamanei merangkum tujuan diadakannya Hari Quds Sedunia dalam beberapa poin penting. Pertama, digelarnya peringatan ini sebagai simbol perlawanan barisan akar rumput melawan kaum penjajah. Kedua, Hari Quds  Sedunia akan menjadi momen orang-orang Palestina merasa bahwa semua negara mendukung perjuangan mereka. Ketiga, peringatan ini bertujuan untuk menguatkan semangat persatuan kaum muslimin dalam membangun solidaritas bersama. Keempat, sebagai hari di mana masyarakat di berbagai negara menyuarakan aspirasi mereka secara langsung tanpa perantara pejabat dan lembaga resmi. Kelima, hari yang diperuntukkan menjaga cita-cita revolusi Islam Iran, yang mana satu di antaranya adalah kemerdekaan bangsa Palestina dalam menentukan masa depan mereka sendiri.

Tepat di hari Jumat terakhir Ramadan, jutaan manusia di seluruh dunia secara serentak turun ke jalan-jalan utama di setiap kota besar di banyak negara. Di antara kota dan negara yang rutin menggelar pawai akbar Hari Quds Sedunia adalah New York, London, Berlin, Los Angeles, Paris, Lebanon, Turki, Iran, Irak, Suriah, Palestina Tepi Barat, Gaza, Thailand, Filipina, Malaysia, dan Indonesia. Bertambahnya tahun, bertambah pula jumlah kota dan negara yang meramaikan peringatan ini. Mereka membawa poster dan spanduk bertuliskan kalimat perlawanan terhadap kesewenang-wenangan dan penjajahan. Orasi-orasi para demonstran berisi kecaman terhadap kejahatan kemanusiaan di Palestina. Bendera nasional Palestina banyak dikibarkan tinggi-tinggi di samping tidak jarang aksi massa diwarnai dengan membakar bendera Israel dan Amerika Serikat sebagai negara penyokong utama rezim Zionis.

Masyarakat Indonesia juga menjadikan peringatan Hari Quds Sedunia sebagai salah satu agenda Ramadan. Ada lebih dari sepuluh kota yang turut serta menyambut seruan pembebasan Quds. Di Iran, Pawai akbar dan demonstrasi biasa di gelar sebelum salat Jumat. Sedangkan di Indonesia, di beberapa kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Garut, Surabaya, Batam, Palembang, Pontianak, Balikpapan, Medan, Banjarmasin, Makassar dan kota-kota lainnya biasa menggelar pawai akbar dan demonstrasi seusai salat Ashar sambil menunggu waktu buka puasa. Di Jakarta sendiri, aksi demonstrasi Hari Quds Sedunia dipusatkan di depan kantor kedutaan Amerika Serikat di Jakarta Pusat. Kedutaan AS menjadi titik kumpul massa karena negara inilah yang secara terang-terangan dan terbuka mendukung rezim Zionis baik secara politik maupun finansial.

Bagi sebagian orang, peringatan Yaumu-l Quds al-‘Alamiy terkesan seremonial saja. Hanya berupa dukungan simbolis tanpa ada dukungan riil untuk kemerdekaan Palestina. Padahal setiap tahun, setiap peringatan ini digelar, jumlah massa yang turun ke jalan meneriakkan pembebasan dan kemerdekaan Palestina semakin bertambah. Hal itu menunjukkan bahwa bangsa Palestina tidak penah sendiri dalam menghadapi masalahnya.

Saat ini rakyat Palestina sedang menghadapi tahun-tahun yang sangat berat. Belum pernah ada pengusiran dan penyerobotan rumah sebrutal yang dilakukan rezim Zionis beberapa tahun terakhir. Perumahan ilegal untuk Yahudi dibangun secara masif di pemukiman Palestina. Hari ini rakyat Palestina masih membutuhkan dukungan dari seluruh umat Islam. Di setiap Jumat terakhir bulan Ramadan, Hari Quds Sedunia hadir untuk mengingatkan umat Islam sedunia untuk kembali mengingat nasib pedih bangsa Palestina. Setidaknya dengan memanjatkan doa terbaik di hari yang terbaik, untuk negeri yang memiliki peran penting dalam sejarah dunia Islam. Jangan biarkan Palestina sendirian! (*Tulisan pernah dimuat di Koran Tribun Timur)

Penulis: Ismail Amin (Presiden IPI Iran, Mahasiswa Univ. Internasional al-Musthafa Qom Ira)

Editor: Zulfah Nur Alimah

1 Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *