Konsep Perlawanan dalam Kehidupan Manusia Modern

perlawanan
Sumber gambar: kbknews.id

Perlawanan merupakan salah satu diskursus yang dikaji dan ditelaah dalam berbagai ruang ilmu pengetahuan yang dilatarbelakangi oleh ketidakpuasan individu atau sekelompok masyarakat terhadap suatu kebijakan di realitas. Mohammad Syawaluddin dalam “Sosiologi Perlawanan” menjelaskan bahwa perlawanan, ialah menuntut gerakan mencapai keadilan yang dinilai tidak terealisasi dalam kehidupan masyarakat sosial. Adapun, Sadikin dalam paper-nya berjudul “Perlawanan Petani, Konflik Agrari, dan Gerakan Sosial” mengkaji makna perlawanan melalui pendekatan filsafat bahwa manusia menyadari ketidakmampuan dirinya untuk mengatasi berbagai problem sosial, sehingga persatuan untuk melawan merupakan solusi sebagai cara menggambarkan keresahan hati dan pikirannya.

Baca juga Sapa Dubes Tunisia: PPIDK Timtengka, Harapkan Bantuan dan Dukungan Stakeholder Pemerintah Indonesia di Luar Negeri

Berdasarkan berbagai penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa perlawanan hadir untuk menyelesaikan berbagai permasalahan sosial sebagai cara untuk mendeskripsikan berbagai keresahan yang dihadapi. Jhon Clamer menilai bahwa permasalahan sosial dapat dipengaruhi oleh sikap pemerintahan yang mengatur berbagai kebijakan melalui sistem yang disebut undang-undang, sehingga masyarakat tidak dapat bergerak secara bebas untuk mengekpresikan keinginannya di dunia. Dalam diskursus kehidupan hari ini, diketahui bahwa kematian Mahsa Amini merupakan salah satu isu perlawanan yang ramai diperbincangkan dalam kehidupan masyarakat sosial. Sebagian berita menarasikan kematian perempuan asal Iran ini, disebabkan oleh aturan pemerintah setempat. Akibatnya, perlawanan masyarakat sipil tidak dapat dihindari. Meskipun, pembaca juga harus menyadari bahwa perlawanan tidak sekadar hadir dalam gerakan masyarakat sipil. Perlawanan juga dapat hadir akibat ketidaksukaan negara lain terhadap sistem pemerintah yang dikonstruksi suatu negara, guna suatu tujuan dan maksud tertentu, sebagaimana pandangan James Petras bahwa perlawanan masyarakat sosial tidak murni dari keresahannya, akan tetapi ada oknum yang memainkan peran untuk memperoleh keuntungan dari konflik yang terjadi.

“…perlawanan masyarakat sosial tidak murni dari keresahannya, akan tetapi ada oknum yang memainkan peran untuk memperoleh keuntungan dari konflik yang terjadi”

James Petras

Dengan demikian, diketahui bahwa perlawanan dalam tinjauan kausalitas atau sebab-akibat dapat terealisasi berdasarkan keresahan yang dialami masyarakat sosial (1), dipengaruhi oleh narasi-narasi negara lain untuk memperoleh suatu tujuan tertentu. Dalam rekaman literatur sejarah, masyarakat renaisans melakukan perlawanan terhadap sistem agama yang dipandang telah membatasi ruang eksistensi subjek, sehingga konflik antara individu dan agamawan terjadi. Sedangkan kasus lain, konflik Palestina-Israel yang dipandang sebagai salah satu perlawanan yang tidak tanpa akhir di abad ini. 2 kasus di atas, perlu dianalisis bahwa perlawanan masyarakat renaisans merupakan hasil keresahan yang dialami individu dari berbagai kebijakan. Adapun, konflik Palestina-Israel, merupakan pergerakan yang diikutsertai oleh negara lain untuk mencapai suatu tujuan.

Lebih lanjut, perlawanan dapat diklasifikasi dalam 2 kategori, antara lain: perlawanan dengan kekerasan atau violent resistance (1), perlawanan tanpa kekerasan atau non-violent resistance (2). Violent resistance, ialah perlawanan yang diwarnai dengan aksi anarkis untuk mengubah suatu sistem yang berlaku di suatu wilayah. Sedangkan, non-violent resistance adalah perlawanan yang tidak diwarnai oleh tindakan anarkis dalam rangka mengubah suatu sistem yang ada di suatu wilayah.  Meskipun, setiap negara memiliki kebijakan untuk mengayomi struktur masyarakat melalui berbagai penerapan, baik demokrasi, kuasa kolonial, diktator, dan semi-demokratis. Demi memperjelas kedua pembagian di atas, penulis mendeskripsikan beberapa perlawanan masyarakat, seperti hak tanah adat yang dijadikan lokasi perindustrian (1), mempersatukan orang asli untuk melakukan perlawanan (2), dan penolakan sekelompok orang terhadap hasil pemilihan umum yang berujung pada perang saudara (3) (Aitchison, 2018). 

Analisis setiap perlawanan bervariasi berdasarkan pergerakan massa menolak kebijakan suatu sistem, meski suatu pergerakan dicapai melalui kekerasan maupun tanpa kekerasan. Kekerasan bermakna melawan ‘pemaksaan dengan pemaksaan’ dan kondisi yang berpeluang besar untuk terus bereskalasi tanpa rekonsiliasi, sebagaimana sejarah revolusi Amerika dan Prancis yang menaikkan pajak kepada masyarakat. Akibatnya, masyarakat melakukan perlawanan untuk merespons kebijakan berbagai kebijakan sebagai upaya mengekspresikan pandangan individu.

Penulis: Muhammad Ihsan Sandjaya (Pengurus Pusat Kajian dan Literasi PPIDK Timtengka).

Email: ihsansandjaya@gmail.com 

Referensi-Referensi   

Buku:

Aitchison, G., 2018. (Un)civil disobedience. Paris: Raisons Politique.

Jhon Clamer. 2003. Neo-Marxisme Antropologi: Studi Ekonomi Politik Pembangunan. Yogyakarta: Sadasiva.

Mohammad Syawaluddin. 2017. Sosiologi Perlawanan: Studi Perlawanan Repertoar Petani di Rengas Ogan Ilir Sumatera Utara. Yogyakarta: Deepublish.

James Petras. 1998. “The Revolutionary Peasantry: The Growth of Peasant-Led Opposition to Neoliberalism” dalam buku Rebelion.

Jurnal:

Sakidin. 2005. “Perlawanan Petani, Konflik Agrari, dan Gerakan Sosial”. Bahasan Utama Vol. 1, No. 2

Web:

<https://www.npr.org/2022/09/21/1124237272/mahsa-amini-iran-women-protest-hijab-morality-police#:~:text=Police%20reject%20the%20allegations%2C%20saying,her%20death%20would%20be%20investigated.> [Accessed 21 September 2022].

Lipin, M., 2022. Iran Cracks Down Violently on Nationwide Protests; at Least 6 Killed. [online] VOA. Available at: <https://www.voanews.com/a/iran-cracks-down-violently-on-nationwide-protests-at-least-6-killed-/6757670.html> [Accessed 21 September 2022].

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *